HARI INI TELAH LAHIR
BAGIMU JURU SELAMAT
DALAM KESERDEHANAAN
BAYI YESUS LAHIR DI PALUNGAN
BERSUKA CITALAH SEMUA
BERSINARLAH TERANG
KARENA CAHAYA WAJAHNYA
HIDUP KITA MENJADI LEBIH INDAH
APA ARTI NATAL ?
APA ARTI NATAL BAGIMU ?
APAKAH PESTA DI DUNIA ?
ITUKAH NATAL BAGIMU ?
NATAL DIGAMBARKAN
YESUS LAHIR DIKANDANG DOMBA
UNTUK MENEBUS DOSA DUNIA
ITULAH NATAL BAGIMU
JIKA KITA MERASAKAN
NATAL TAK BERMAKNA
BUKALAH PINTU HATIMU
TERIMALAH BAYI YESUS DIHIDUPMU
APA ARTI NATAL ?
APA ARTI NATAL MEREKA ?
KESENDIRIAN, TANPA HARAPAN
ITUKAH NATAL MEREKA
YESUS SAHABAT SEJATI
SEMUA DIHADAPANYA SAMA
NATAL ADALAH PERISTIWA
SEMUA INSAN KAN BAHAGIA
TERIMALAH YESUS DIHIDUPMU
ITULAH NATAL BAGIMU
Friday, December 5, 2014
Lirik Lagu Kasih Bapa - Judika
seperti mentari yang bersinar,
seperti itu kasih Bapa,
seperti gelombang samudra,
takkan pernah berhenti Kau mengasihiku.
seperti tingginya langit biru,
demikian tinggi kasih Bapa,
sedalam lembah bayang maut,
demikian dalam Kau tebus hidupku.
Reff:
kasihMU lebih dari mentari,
yang tak pernah berhenti memancarkan sinarnya.
cintaMU lebih dari samudera, tenggelam ku di dalam kesetiaanMU Tuhan,
terima kasih atas cintaMU.
Kau mengasihiku.
Kau mengasihiku.
Kau mengasihiku.
terima kasih Tuhan,
Kau mau tebus hidupku,
terima kasih atas cintaMU.
seperti itu kasih Bapa,
seperti gelombang samudra,
takkan pernah berhenti Kau mengasihiku.
seperti tingginya langit biru,
demikian tinggi kasih Bapa,
sedalam lembah bayang maut,
demikian dalam Kau tebus hidupku.
Reff:
kasihMU lebih dari mentari,
yang tak pernah berhenti memancarkan sinarnya.
cintaMU lebih dari samudera, tenggelam ku di dalam kesetiaanMU Tuhan,
terima kasih atas cintaMU.
Kau mengasihiku.
Kau mengasihiku.
Kau mengasihiku.
terima kasih Tuhan,
Kau mau tebus hidupku,
terima kasih atas cintaMU.
Lirik Lagu Serahkanlah Bebanmu - Delon
GELAPKAH JALAN DIKEHIDUPANMU
KAU LETIH KAU PERNAH KECEWA
GENTAR HATIMU MENGHADAPI SEMUA
DAN TAK PERNAH KAU TEMUKAN JAWABNYA
MESKIPUN T’LAH KAU COBA DENGAN KUATMU
TAPI SEMUANYA TAK BERARTI
WALAUPUN DENGAN S’GALA TANGIS DAN AIR MATA
TAK PERNAH KAU TEMUKAN JAWABNYA
Reff:
SERAHKANLAH BEBANMU PADA YESUS
DIALAH YG SANGGUP MENGATUR HIDUPMU
DIA LEBIH DARI JAWABAN YANG KAU PERLU
YESUS PENOLONG YANG SETIA
DISAAT KAU RAGUKAN AKAN KASIHNYA
INGATLAH SELALU JANJINYA
DIA TETAP SERTAI KITA HADAPI HIDUP INI
HANYA DIALAH JAWABAN BAGIMU
KAU LETIH KAU PERNAH KECEWA
GENTAR HATIMU MENGHADAPI SEMUA
DAN TAK PERNAH KAU TEMUKAN JAWABNYA
MESKIPUN T’LAH KAU COBA DENGAN KUATMU
TAPI SEMUANYA TAK BERARTI
WALAUPUN DENGAN S’GALA TANGIS DAN AIR MATA
TAK PERNAH KAU TEMUKAN JAWABNYA
Reff:
SERAHKANLAH BEBANMU PADA YESUS
DIALAH YG SANGGUP MENGATUR HIDUPMU
DIA LEBIH DARI JAWABAN YANG KAU PERLU
YESUS PENOLONG YANG SETIA
DISAAT KAU RAGUKAN AKAN KASIHNYA
INGATLAH SELALU JANJINYA
DIA TETAP SERTAI KITA HADAPI HIDUP INI
HANYA DIALAH JAWABAN BAGIMU
Lirik Lagu Natal Kasih Terindah 5 Divo (Judika - Mike - Sammy Simorangkir - Delon - Rio Febrian)
Bersukacitalah
Mari sambut sang raja damai
Juruslamat dunia
Datang tuk menebus umatNya
Kabar sukacita untuk kita semua
Yang berharap kepada Nya
Reff:
Natal adalah kisah kasih yang terindah
KasihNya selamatkan setiap dosa manusia
Natal adalah kisah kasih yang terindah
Tuhan beserta kita Immanuel
Mari sambut sang raja damai
Juruslamat dunia
Datang tuk menebus umatNya
Kabar sukacita untuk kita semua
Yang berharap kepada Nya
Reff:
Natal adalah kisah kasih yang terindah
KasihNya selamatkan setiap dosa manusia
Natal adalah kisah kasih yang terindah
Tuhan beserta kita Immanuel
Monday, November 24, 2014
Drama Natal Ibu-ibu (Kaum Perempuan) / Pemudi - "Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya"
TEKS DRAMA NATAL IBU-IBU (KAUM PEREMPUAN) TERBARU 2014
Untuk teks asli dalam format word bisa via email : monaa_onaa@yahoo.com , dan untuk pertanyaan atau komentar bisa langsung coret-coret dibawah atau via email monaa_onaa@yahoo.com, fb : https://www.facebook.com/monalisa.silaen, twitter https://twitter.com/mona_onna . terimakasih Tuhan memberkati :)
- Drama Natal 2015 "Apakah Hidup Ini Adil?" http://monaonna.blogspot.co.id/2015/09/drama-natal-apakah-hidup-ini-adil.html
Untuk teks asli dalam format word bisa via email : monaa_onaa@yahoo.com , dan untuk pertanyaan atau komentar bisa langsung coret-coret dibawah atau via email monaa_onaa@yahoo.com, fb : https://www.facebook.com/monalisa.silaen, twitter https://twitter.com/mona_onna . terimakasih Tuhan memberkati :)
- Drama Natal 2015 "Apakah Hidup Ini Adil?" http://monaonna.blogspot.co.id/2015/09/drama-natal-apakah-hidup-ini-adil.html
“Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah
langit ada waktunya”
Narator : “Pada
suatu sore berkumpulah ibu-ibu komplek heboh menceritakan tentang gosip terbaru
yang mereka tahu”
*IbuRadit,
Ibu Ester, Ibu Naomi danIbu Luna, berkumpul duduk lesehan di panggung*
I. Radit : “Eh ibu-ibu, tau ga berita
yang lagi heboh di komplek kita ini ?”
I. Ester : “Yang tentang Jeng
Oki ituya ?”
I. Radit : “Iya bener bu”
I. Naomi : “Berita apa bu? Saya belum
tau”
I. Luna : “Saya baru pulang dari
Singapore, ketinggalan berita nih”
I. Radit : “Itu loh Jeng Oki baru
beli rumah sama mobil baru, rumah nya gede banget ibu-ibu”
I. Luna : “Pinky swear kitty
swear banana cherry strawberry swear ? seriusan bu ?”
I. Radit : “Alamak ga percaya dia,
ya benarlah bu”
I.
Ester : “Hebat ya, tapi aneh ga sih ibu-ibu,
suaminya kan cuma karyawan bank kecil, terus Jeng Oki kan Cuma diam di rumah,
masa bisa secepat itu punya harta banyak”
I.
Naomi :
“Jangan-jangan suaminya ikutan cara pejabat-pejabat sekarang, itu lho
yang koperasi”
I.
Luna : “Korupsi bu, bukan koperasi”
I.
Naomi :
“Tadi kan saya bilang begitu bu”
I.
Radit : “Eh tapi kita ga boleh sembarangan bu, siapa
tau itu bener”
I.
Ester : “Ssstttssttt, Jeng Oki jalan ke arah sini tuh”
*Jeng
Oki berjalan memasuki panggung*
Jeng
Oki :
“OMG Hellooww, rakjel duduknya emperan, ga kece keles, iyuuhh.
Sebentar-sebentar saya mau selfie eh groufie dulu, biar upload di facebook with
rakjel, yuu ibu-ibu bikin gayanya ‘peace’. Oke nanti saya masukin facebook aah ”
I.
Naomi :
“Eh rakjel apa jeng ?”
Jeng
Oki :
“Rakjel itu rakyat jelata, iyuuhh”
I.
Radit : “Baah sembarangan kau bilang kami rakyat jelata,
jadi kau apa hah ?” (nada emosi)
Jeng
Oki :
“OMG Helloww, selooww aja keles ga usah sensi begityuu”
I.
Luna : “Eh ibu ini ko ngomongnya sembarangan banget
ya”
I.
Radit : “Mau aku cakar orang ini bah” (emosi sambil berdiri)
Jeng
Oki :
“Eeh eehh jangan dekat-dekat” (menjauh/menghindar)
*Ibu
Pendeta masuk*
I. Pendeta : “Lho lho ada apa ini ibu-ibu
?”
Jeng Oki : “Nah ibu kebetulan datang,
ini masa saya mau di cakar bu”
I.Pendeta : “Nah lho kenapa ibu-ibu
?”
I.Radit :
“Ibu Pendeta, Jeng Oki ini dari tadi bikin kami emosi, bicaranya itu macam
dia yang punya ini portibi”
Jeng
Oki :
“OMG Helloww, ibu Pendeta saya kesini dengan maksud baik ko, saya mau mengundang
ibu-ibu ini ke acara syukuran rumahs aya yang baru itu lho bu”
I.Ester :
“Aah tadi ga ada bilang begitu ko”
I.Pendeta :
“Yasudah, malu tuh diliatin sama penonton, udah tua ko pada berantem.
Saya permisi duluan ya ibu-ibu, mau ada kegiatan”
Ibu-Ibu :
“Iya mari bu silahkan”
Jeng
Oki :
“Saya juga pergi ya ibu-ibu”
Ibu-ibu :
“Iyuuhh”
Jeng
Oki :
“Eeh itu punya saya”
*Ibu Pendeta dan Jeng Oki
meninggalkan panggung*
I. Radit : “Alamak emosi kali aku
dibikin Jeng Oki itu”
I. Luna : “Sama bu saya juga”
I. Ester : “Biasa itu ibu-ibu,
kalau orang baru kaya ya begitu”
*masuk Ceu Nomnom dari
arah penonton/depan panggung*
C.
Nom :
“Jengkoolll, Jengkooll, bu jengkol bade ? (nawarin penonton). Duh tumben
sepi ini yang belinya yah. Eh itu ada ibu-ibu komplek. Jengkol jengkol, bu jengkol
nya mau beli?”
I.Luna :
“Iih saya mah ga suka, ga enak, bau lagi”
C.
Nom :
“Ini mah jengkolnya beda bu, engga bau lagi”
I.
Ester : “Apa bedanya ?”
C.
Nom :
“Jengkol ceuNomnom mah khas bu, nih nya ada rasa strawberry, jeruk sama anggur
bu”
I.
Luna : “Pinky swear kitty swear banana cherry
strawberry swear ?”
C.Nom :
“Tah kalau rasa apa tadi kata ibu teh ? Pinky, banana sama cherry ya ? itu
mah belum ceu nomnom bikin bu”
I.
Naomi :
“Lah Ceu Nomnom mah ada-ada ajalah”
C.
Nom :
“IIh beneran bu, sok coba liat dulu atuh”
I.
Ester : “Ceu Nomnom kenapa dari dulu jualan jengkol terus
?”
C.
Nom :
“Buat sekolah anak saya bu, oh iya bu, saya mau Tanya bisa ?”
I.
Ester : “Tanya apa bu ?”
C.
Nom :
“Anak saya mau jadi Polisi, tapi dia mau ambil kuliah hukum duluk atanya,
kalau di Maranatha itu dapat beasiswa dari gerejaya bu ? caranya gimana bu ?”
I.
Radit : “Eh Ceu Nomnom, gaya kali kau mau kuliahkan anakmu,
mau jadi Polisi pula, macam mampu aja kau”
I.
Luna : “Ceu, biaya kuliah tuh mahal tau, belum biaya
hidupnya, apalagi di kota besar”
I.
Ester : “Ibu serius apa becanda ?”
C. Nom : “Serius bu, ya anak saya mau coba, kan ga
ada yang tau nasib seseorang”
I. Ester : “Kalau masalah itu ceu nomnom coba tanya
majelis jemaat aja, mereka lebih tau”
I. Luna : “Kalau saya boleh saran ya bu, mending anak
ibu suruh nikah aja, cari istri yang kaya, gapapa jelek juga bu, dari pada
mimpi tinggi-tinggi tapi ga kesampean”
I. Radit : “Iya betul itu, macam anaknya pintar aja,
lebih baik anak saya deh”
C. Nom : “Saya tau kemampuan anak saya bu, makanya
saya berani, kok ibu-ibu bukannya mendukung malah menjatuhkan”
*Datang Radit dari arah penonton / samping panggung dengan gaya mabuk
sambil nyanyi / dengar musik berjalan menghampiri ibu-ibu*
C. Nom : “Ibu, itu bukannya anak ibu si Radit ya ?
Yaah lebih baik anak saya lho bu”
Radit : “Helloo mama, helloo ibu-ibu, mak bagi hepeng dulu”
I.Radit : “Kamu apa-apaan ? Bikin malu mama aja, ayo
pulang !* (sambil jewer telinga Radit)
Radit :
“Ceu Nomnom ke rumah ya radit mau beli jengkol jengkol jengkol”
*Ibu Radit + Radit meninggalkan panggung*
C. Nom : “Ya udah atuh bu, saya mau ngider lagi,
takut keburu sore” (kemudian meninggalkan panggung)
I.Naomi : “Liat ga tuh bu tadi si Radit ? Ibunya
hina-hina anak orang eh anaknya malah lebih kacau”
I. Luna : “Iya bu, tadi tuh saya pengen ketawa, tapi saya tahan”
I. Ester : “Makanya kita jangan menghina orang seperti
tadi, jadinya malu sendiri kan. Ya udah yu aah pulang bu, udah mendung”
I. Luna : “Iya yu bu”
*Ibu-ibu meninggalkan panggung*
Narator : Nah lho penonton, padahalkan sebelumnya
mereka kompak membicarakan orang lain, eh ternyata Ibu Radit juga diam-diam
dibicarakan di belakang lho. Inilah kehidupan, ketika kita kompak membicarakan
orang lain, maka kita juga akan dibicarakan saat kita tidak bersama mereka.
Hati-hati ya penonton
Beberapa Tahun kemudian ...
*Suasana di rumah Ibu Radit*
I.Radit : (menangis meratapi tumpukan tagihan utang)
Radit : “Ma, aku pulang”
I.Radit : “Ga usah pulang kau ! Sana teruslah kau
mabuk-mabuk, judi, terus sampe puas kau siksa mama mu ini. Lihat, lihat ini,
semuanya tagihan hutang, bayar pake apa ? semua sudah habis kau jual, rumah
inipun kau gadaikan cuma
untuk mabuk sama judimu itu. Udah puas kau sekarang siksa mama mu ini ?”
Radit : “Ma, dengar dulu penjelasanku, itu ma, kalau
aku menang judi, bisa ku ganti semua uang mama yang ku pake”
I.Radit : “Menang kau bilang ? Kalau menang judi yang
kau harapkan, Tuhanpun ga akan kasih kau menang ! Amagoamang, kenapa kau kek
gini Radit, lihat anaknya ceu Nomnom udah sukses dia, udah banyak uangnya, kau
terus aja begini dari dulu, bisa gila mama kau buat”
Radit : “Nah ini yang ga aku suka, dari mulai aku
dalam perut mama sampai aku sebesar ini, cuma orang lain terus yang mama
urusin, dikit-dikit bandingin aku sama anaknya ceu Nomnom. Ma, aku yang anak
mama bukan dia ! Kapan mama mau peduli sama aku ? Kapan mama perhatiin aku ?
Mama sibuk terus perhatikan hidup orang, mama sibuk ngomongin orang, sampe mama
lupa kalau mama punya aku !
Sekarang udah begini mama salahkan aku ? Mama kemana selama ini ma ? Saat
aku butuh mama, mama gak ada, saat aku butuh support mama, mama cuek ! Aku
emang anak laki-laki ma, tapi aku juga butuh perhatian mama.” (nada emosi)
I.Radit : “Nak, dengarkan dulu mama nak, bukan gitu
maksud mama”
Radit : “Udahlah ma, semuanya salah aku kan ? mama
tau ga gimana perasaan aku ma ?
*Nyanyi*
Sakitnya tuh disini di dalam hatiku, sakitnya tuh disini melihatmu begini,
sakitnya tuh disini pas kena hatiku, sakitnya tuh disini kau tak sayangi aku,
sakit, sakit, sakitnya tuh disini.
Sakit
ma, sakit” (sambil pergi meninggalkan Mama)
I.Radit : “Radit,
radit, kemana kau nak ? Ooh Tuhan, salah apa aku, kenapa semuanya jadi begini”
(sambil membereskan kertas kemudian meninggalkan panggung)
Narator : “Hoalaah ko malah jadi menyalahkan Tuhan ya
penonton, seharusnya kita selalu ingat dengan ayat alkitab yang mengatakan “Apa
yang engkau tabur, maka itulah yang akan engkau tuai”, kita di ingatkan lain
kali jangan terlalu sibuk mengomentari kehidupan orang lain, lebih baik kita
sibuk memperbaiki kehidupan kita”
*Berkumpul
Ibu Ester, Ibu Luna, Ibu Naomi*
I.Ester : “Eh ibu-ibu udah denger kabar baru belum ?”
I.Luna : “Kabar apa bu ?”
I.Ester : “Itu lho bu, katanya si Radit banyak
hutangnya dimana-mana, dan katanya nih dia mau di penjara gara-gara ga bisa
bayar hutangnya”
I.Naomi : “Tuh kan, benar apa kata pepatah “Mulutmu
harimau mu”
I.Ester : “ Iya bener bu, aah kalau gitu saya ga mau
keseringan ngomongin orang lagi deh, takut kena karmanya”
I.Naomi : “Iyah bener bu, kita jadikan ini pelajaran
buat kita”
I.Luna : “Pokoknya kalau salah satu dari kita lupa,
kita saling mengingatkan ya bu”
I.Ester : “Eh itu ibu Radit”
*masuk Ibu Radit*
I.Radit : “Ibu-ibu tolongin saya, saya tau ibu-ibu
pasti udah dengar berita tentang anak saya kan ? Saya bingung bu, saya takut,
saya harus gimana lagi ?” (nada nangis)
I.Ester : “Iya bu, kami sudah dengar, gimana ya bu,
saya juga lagi banyak pengeluaran nih, jadi ga bisa bantu ibu”
I. Luna : “Saya juga baru aja kemarin pulang dari luar
negeri bu, saya telat dapat kabarnya bu, maaf ya bu”
*masuk Ibu Pendeta*
I.Pendeta : “Selamat siang ibu-ibu, sedang apa ini
ibu-ibu ?”
I.Naomi : “Eh kebetulan ibu Pendeta lewat, ini lho bu
kita lagi cari solusi buat bantu selesaikan masalahnya ibu Radit”
I.Pendeta : “Ooh bagus itu, sesama saudara seiman sudah
seharusnya kita saling tolong menolong, betul tidak penonton ?”
I.Naomi : “Kalau boleh saran sih bu, mending ibu minta
bantuan ke Ceu Nomnom aja, dia kan udah sukses bu, siapa tau bisa bantu ibu,
anaknya juga kan sudah jadi polisi, siapa tau bisa bantu masalahnya Radit”
I.Radit : “Tapi apa dia mau bantu saya bu, saya udah
sering banget menghina dia”
I.Pendeta : “Kita tidak akan tau sebelum mencobanya bu,
tapi kalau menurut saya sih Ibu Nomnom pasti mau membantu ibu”
I.Radit : “Tapi saya malu bu, saya takut”
I.Pendeta : “Ya sudah kalau begitu bagaimana kalau kami
antar ibu kesana, gimana ibu-ibu ?”
I.Ester : “Iya boleh bu”
I.Pendeta : “Ya sudah mari kita pergi bu”
*Para pemain meninggalkan panggung*
*Jeng Oki (berpakaian Asisten Rumah Tangga) sedang
beres2/menyapu)
I.Pendeta : “Permisi, selamat siang”
Jeng Oki : “Selamat siang, eh ibu Pendeta, eh ibu-ibu
komplek juga, silahkan masuk bu”
I.Naomi : “Hah ? Ibu OMG Hellooww ?
I.Luna : “Pinky
swear kitty swear banana cherry strawberry swear ? Jeng Oki
kerja disini?”
Jeng
Oki :
“Iya bu, sudah 4 bulan saya kerja disini semenjak suami saya di penjara.
Oiya ibu-ibu mau bertemu ibu Nomnom atau siapa ya ?
I.Pendeta : “Iya
kami ada perlu sama ibu Nomnom, ibunya ada bu ?”
Jeng Oki :
“Ada bu, sebentar saya panggilkan” (kemudian memanggil ibu Nomnom)
I.Luna :
“Eh ya ampun saya baru tau dia jadi asisten rumah tangga, pantesan dia
pindah dari komplek ya, ternyata ketauan korupsi toh” (bisik-bisik ke ibu Ester
+ ibu Naomi)
I.Ester :
“Ssstt, kita kan udah janji ga ngomongin orang bu”
I.Luna :
“Ooh iya saya lupa bu”
*masuk
Ibu Nomnom*
C.
Nom :
“Eeh ada ibu-ibu, ada apa bu ?”
I.Pendeta :
“Begini bu, kami ada perlu minta bantuan, maaf kalau mungkin sebelumnya kami mendadak datang
tanpa hubungi ibu”
C.Nom :
“Iih atuh ibu Pendeta mah lah kaya ke siapa aja, ini teh ceu Nomnom tukang
jengkol tea, ga usah resmi gitu ngomongnya, minta bantuan apa bu ?”
I.Radit :
“Ceu Nomnom, sebenarnya saya yang mau minta bantuan sama ceu nomnom,
sebenarnya saya malu sama ceu nomnom, saya minta maaf ceu” (nangis sambil mau
sujud)
C.Nom :
“Eeh apa atuh ibu, ga usah begini, saya mah udah maafin, saya mah ga
ambil pusing omongan ibu-ibu dulu, justru saya bersyukur, itu jadi cambukan
buat saya, makanya saya bisa begini, sok atuh ibu mau minta tolong apa ?”
I.Radit :
“Anak saya ceu, anak saya kerjanya cuma mabuk sama judi, sekarang semua
udah habis dia jual termasuk rumah , dia punya hutang dimana-mana, dia mau di
penjara ceu kalau sampai dia ga bisa bayar hutangnya. Tolong saya ceu,
senakal-nakalnya anak saya, saya ga mau dia di penjara, saya mohon tolong saya”
(sambil menangis dan memohon)
C.Nom :
“Saya turut sedih dengan yang ibu alami, hidup memang terkadang tidak
selalu berjalan dengan yang kita harapkan, ibu yang sabar ya, tapi gimana ya
bu, anak saya lagi dinas keluar kota”
I.Radit : “Tolong
ceu, saya mohon tolong saya, tolong ceu”
C.Nom : “Ya
sudah nanti saya coba hubungi anak saya, tapi saya cuma bisa bantu semampu saya
bu, semoga bisa mengurangi beban masalah ibu”
I.Radit :
“Beneran ceu ? terimakasih terimakasih terimakasih ceu”
C.Nom : “Iya
bu sama-sama”
I.Ester :
“Kami juga minta maaf ya ceu nomnom, eh sekarang mah udah jadi Ibu
Nomnom ya”
C.Nom :
“Aah ibu mah bisa aja, dipanggil ceu juga gapapa”
*Ibu-Ibu
saling meminta maaf*
I.Pendeta : “Nah
penonton, kita kembali di ingatkan, bahwa roda kehidupan masih berputar, jangan
tinggi hati saat kita berada di atas, dan jangan rendah diri saat kita berada
di bawah, seperti ada tertulis dalam Alkitab Pengkhotbah 3:1
“Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya”.
Percayalah tidak ada usaha yang sia-sia. Tuhan memberkati.”
*mohon
maaf apabila ada kesamaan nama, tokoh, tempat dan kejadian, semua ini hanyalah fiktif
belaka*
Saturday, October 11, 2014
DRAMA MUSIKAL NATAL “PERSAHABATAN”
TEKS DRAMA MUSIKAL NATAL TERBARU 2014, DRAMA NATAL PEMUDA REMAJA KRISTEN 2014
Untuk teks asli dalam format word bisa via email : monaa_onaa@yahoo.com , dan untuk pertanyaan atau komentar bisa langsung coret-coret dibawah atau via email monaa_onaa@yahoo.com, fb : https://www.facebook.com/monalisa.silaen, twitter https://twitter.com/mona_onna . terimakasih Tuhan memberkati :)
- Drama Natal 2015 "Apakah Hidup Ini Adil?" http://monaonna.blogspot.co.id/2015/09/drama-natal-apakah-hidup-ini-adil.html
*Echa,
Lulu, Tasya, dan Vira memasuki Panggung, kemudian berkumpul berbincang-bincang*
Narator :
“Hai penonton, kami berempat adalah teman dekat sejak dulu, suka duka
sudah pasti pernah kami lalui bersama, tapi apakah persahabatan kami akan tetap
bertahan ?”
Lulu :
“Eh ga terasa ya kita berteman udah lama banget”
Tasya :
“Iyaya, dari kecil kita udah deket dan bahkan bertahan sampai sekarang”
Echa :
“Semoga kita tetep deket seperti sekarang ya”
Vira :
“Tentu dong, karena tanpa kalian aku hanyalah butiran debu hihi..”
Lulu :
“Berpelukaaannn” (Para pemain
berpelukan)
*muncul
Andika dan Riko*
Andika : “Eh
teletubbies, yaelaa berpelukan mulu”
Riko :
“Iyah, ajak-ajak gue bisa kali”
Lulu+Tasya+Echa+Vira :
“Wooo maunya..”
Echa :
“Tumben kalian jam segini udah datang ?”
Andika : “Yoi,
emang kalian belum tau berita penting ?”
Tasya : “Hah
? berita apaan ?”
Riko : “Nih
dengerin ya teletubbies, kita itu bakalan kedatangan temen cewe baru”
Vira : “Terus
hubungannya sama kalian datang cepet apa ?”
Andika : “Katanya
itu cewe cantik banget, anak gaul, orang kaya pula. Bakalan jadi target gue bro”
Riko : “Eh
itu deh kayanya orangnya”
Nova : “Permisi,
boleh aku gabung ?”
Andika+Riko : “Ooh
boleh banget, mari gabung”
Nova : “Hallo
salam kenal, aku Nova” (jabat tangan para pemain satu persatu)
Vira : “Kamu
asalnya dari mana ?”
Nova : “Aku
asalnya dari Surabaya”
Andika : “Hah
Surga ? Ya ampun pantesan cantik banget”
Semua : “Surabaya
wooyyy”
Tasya : “Tadinya
gereja apa va ?”
Nova : “Aku
dariii (perkataan terpotong)”
Riko :
*Nyanyi* “Tak ku pandang dari gereja mana, asal kau berdiri atas
firman-Nya, kalau hatimu
seperti hatiku, kau lah saudara dan
saudariku” (gaya genit)
Semua : Modus
woo modus
Riko :
Ini namanya usaha coyy
Echa : Ya
udah yuu kita masuk
*semua
pemain meninggalkan panggung*
Narator :
“Nova pun bergabung bersama teman-teman barunya. 1 bulan kemudian”
*Echa
dan Lulu duduk berdua berbincang-bincang*
Echa : “Udah
lama ya kita ga kumpul ber-4 lagi”
Lulu : “Iyaya,
padahal baru sebulan tapi seperti udah lama banget”
Echa : “Sekarang
Tasya dan Vira kalau di ajak kumpul ga bisa terus”
*Muncul
Lamhot dan Evan*
Johanes :
“Eh kalian berdua aja kaya ban motor”
Lulu : “Berdua
? Kita bertiga kali”
Evan : “Hah
? satu laginya siapa ?”
Lulu : “Tuhan
Yesus, hehe”
Evan : “Yaelaaa
kirain”
Johanes :
“Tumben akhir-akhir ini kalian cuma berdua, biasanya ber-4”
Echa : “Enggak
kok, kemaren-kemaren kita ber-4 ya lu ?”
Lulu : “Hehe
Iyaa”
*Muncul
Tasya, Vira dan Nova*
Evan : “Nah
tuh Tasya sama Vira, eh kok tumben bareng Nova ?”
Nova : “Hay
kalian”
Tasya : “Hay
Echa, Lulu, lama ga ketemu”
Johanes :
“Lho tadi katanya baru kemaren kalian kumpul ?”
Vira : “Hah
? Mana ada, kita tuh sebulan ini jalan-jalan terus, shopping-shopping, kalau
ngajak mereka,
apalagi Echa, yaaahh mana sanggup dia ikutin kita”
Lulu : “Kok
kamu ngomongnya gitu ?”
Nova : “Lho
fakta kan ? emang kalian sanggup ikutin cara hidup kita yang baru ?”
Tasya : “Ya
jelas enggak lah. Ooh iya, maaf ya kalau kita susah buat diajak kumpul ber-4,
tunggu ada
waktu luang deh”
Evan :
“Cewek aneh”
Vira :
“Eh Evan lo diem ya, ga usah ikut campur”
Lulu :
“Tasya, Vira, kok kalian jadi gini sih ? Inget kita itu sahabat,
seharusnya saling mengasihi bukan menghakimi”
Tasya : “Ooh
iya kita dulu sahabat, tapi sekarang kita menemukan sahabat yang sebenarnya,
bukan kalian”
Nova : “Ya
udah yuu kita jalan, keburu hujan nih. Jo, ikut kita yuu ?”
Johanes :
“Ga usah makasih”
Nova : “Iih
ayoo dong Jo, mau ya ?”
Evan : “Yee
ko maksa sih”
Vira : “Yuu
aah, kita duluan ya guys, by”
*Tasya,
Vira dan Nova meninggalkan panggung*
Lulu : “Cha,
ga usah masukin ke hati ya, mungkin dia cuma becanda”
Johanes :
“Iya, cuekkin ajalah cha, kan masih ada aku ? hehe”
Echa : “Pulang
yuu, aku pengen istirahat” *muka sedih*
Lulu : “Ya
udah yuu, tapi jangan sedih gitu dong cha”
*Para
pemain meninggalkan panggung*
Narator :
Terkadang kita tak pernah bisa menebak jalan hidup kita ke depan, jalan
persahabatan kita dengan teman, karena tak ada sebuah persahabatan yang mulus
tanpa cobaan.
*Di
rumah Echa, Echa merenung sendirian (bisa sambil memegang boneka, bermain gitar
atau yang lainnya*
Echa :
*Nyanyi Lagu Allah Peduli*
Banyak
perkara
Yang
tak dapat kumengerti
Mengapakah harus terjadi
Didalam kehidupan ini
Mengapakah harus terjadi
Didalam kehidupan ini
Satu perkara
Yang kusimpan dalam hati
Tiada satupun kan terjadi
Tanpa Allah perduli
Mama : *masuk panggung, kemudian ikut nyanyi bareng
sambil menghampiri Echa*
Reff :
Allah
mengerti, Allah perduli
Segala persoalan yang kita hadapi
Tak akan pernah dibiarkannya
ku bergumul sendiri.
Segala persoalan yang kita hadapi
Tak akan pernah dibiarkannya
ku bergumul sendiri.
S’bab
Allah mengerti
Echa : “Mamaa” (peluk mama)
Mama : “Kamu kenapa sayang ? Ada masalah apa ?”
Echa : “Echa gapapa ko ma”
Mama : “Ga usah boong sama mama, sini cerita sama
mama”
Echa : “Ma, memangnya kalau mau punya temen deket
harus jadi orang kaya dulu ya ma ?”
Mama : “Kok ngomongnya gitu ? Siapa yang bilang gitu
?”
Echa : “Tadi Tasya sama Vira bilang, katanya mereka
sebulan ini pergi jalan-jalan, shopping bareng Nova temen baru kita yang anak
orang kaya itu ma, makanya mereka ga pernah main lagi sama aku, soalnya aku ga
mungkin bisa ikutin gaya mereka, karena aku kan ga punya uang banyak ma”
Mama : “Sayang, dengerin mama, ketika kita tidak
berkelimpahan harta bukan berarti semuanya berakhir, masih ada teman yang lain
yang mungkin lebih menerima kita apa adanya, yang lebih mengerti keadaan kita”
Echa : “Tapi ma, aku cuma punya sahabat mereka, tapi
sekarang mereka jauh dari aku, sekarang aku cuma punya Lulu sahabat aku ma”
Mama : “No no no, kamu lupa satu hal, kamu masih
punya satu sahabat sejati kamu, ia adalah Tuhan Yesus, kamu ingat lagunya”
Mama+Echa :
*Nyanyi*
Ada
satu sobatku yang setia
Tak pernah Dia tinggalkan diriku
Di waktu aku susah
Waktu ku sendirian
Dia selalu menemani diriku
Tak pernah Dia tinggalkan diriku
Di waktu aku susah
Waktu ku sendirian
Dia selalu menemani diriku
NamaNya Yesus (2x)
Nama Yesus
Yang menghibur hatiku. (2x)
Mama : “Nah sekarang kamu ga boleh sedih lagi ya,
gimana kalau sekarang kita bikin kue kesukaan kamu?”
Echa : “Ayoo ma”
*Mama dan Echa meninggalkan panggung*
Narator : Benar kata mama penonton, jangan pernah kita
merasa sendirian, karena kita punya satu sahabat sejati yang selalu ada untuk kita
yaitu Tuhan Yesus Kristus
*Di gereja*
*Berkumpul seluruh anak muda, kemudian datang Bapak
Pendeta*
Pendeta : “Sudah kumpul semua anak mudanya ? Hari ini
bapa mau pilih salah satu dari kalian untuk menjadi Ketua Panitia Natal Pemuda”
Andika : “Sudah Pa”
Pendeta : “Kalau begitu mari duduk biar kita rundingkan”
*pemain duduk membentuk setengah lingkaran* (tidak
membelakangi penonton)
Pendeta : “Setelah bapa lihat kinerja dari setiap
kalian, bapa putuskan untuk ketua adalah Johanes, Wakil Ketua Echa, Sekretaris
Tasya dan Andika, Bendahara Lulu dan Evan, untuk seksi bidang lainnya bapa
serahkan sama kalian, gimana setuju dengan pilihan bapa ?”
Riko : “Ooh bapa yang pilihkan pa ? kirain mau
sekalian dipilihkan sama DPR pa hhe”
Nova : “Lho kok aku ga masuk pa ?”
Pendeta : “Kamu kan baru disini, jadi bapa belum liat
kinerjamu, kamu mungkin bisa di bagian seksi bidang”
Andika : “Makanya jangan seksi-seksi, jadinya masuk
seksi bidang kan haha”
Tasya : “Ga bisa gitu dong pa, dia ini dulu ketua anak
muda, dia ini berpengalaman banget waktu di kotanya pa”
Vira : “Iya betul itu pa”
Nova : “Pa, masa Echa jadi wakil ketua, bareng Jo
pula, biasanya ya pa kalau di sinetron-sinetron tuh, yang keren ya sama yang
keren lagi, yang kaya ya sama yang kaya lagi, masa ini Jo digabunginnya sama si
upik abu, iyuuhh ga banget deh”
Johanes : “Nova, jaga omongan lo ya”
Nova : “Tapi kan Jo..”
Johanes : “Tapi sayangnya, Tuhan tak pernah menilai
dari itu semua Nova”
Johanes+Echa+Lulu : *Nyanyi Bapa Selidiki Hatiku*
Terserah apa kata dunia
Takkan goyahkan cintaku PadaMu
Tak peduli kata dunia
Takkan goyahkan imanku PadaMu
Takkan goyahkan cintaku PadaMu
Tak peduli kata dunia
Takkan goyahkan imanku PadaMu
Dunia boleh berkata
tidak
Tapi kan kukatakan ya
untukMu
Karna satu hal yang
kutau
Karna satu hal yang
kupercaya
Bapaku tak melihat rupa
Tak memandang harta
Dan semua yang tlah kupunya
yang Dia ingin tau isi hatiku
Bapa Selidiki hatiku
Bapaku tak melihat rupa
Tak memandang harta
Dan semua yang tlah kupunya
yang Dia ingin tau isi hatiku
Bapa Selidiki hatiku
*Kemudian
datang Mama Echa, Bapa dan Ibu Nova* (Bapa dan Ibu Nova berpenampilan orang
yang kurang mampu)
Mama : “Shalom,
permisi pa”
Pendeta :
“Shalom, ada yang bisa saya bantu bu ?”
Mama : “Ini
pa, saya kesini bersama bapa dan ibu yang mau mendaftar jadi jemaat baru, yang
kemarin sempat saya ceritakan pada bapa, kebetulan baru bisa datang sekarang,
sebulan ini mengurus surat-surat pindahannya”
Nova :
*berusaha menyembunyikan wajah agar tidak terlihat orang tuanya*
Pendeta: “Oh iya mari pa, bu. Nah anak-anak ini bapa
dan ibu yang akan mendaftar menjadi anggota
jemaat baru, kalian lanjut ya
bapa mau urus yang lain dulu”
Ibu
Nova : “Lho pa, ko anak kita ada disini.
Nak kok kamu disini ?”
Semua : “Hah
? Nak ?” *ekspresi kaget*
Pendeta : “Lho ini anak bapa ?”
Bapa
Nova : “Iya pa, tapi kemarin dia ijin
untuk berbeda gereja dengan kami, karena dia memaksa ya
kami ijinkan, yang pentingkan dia
ibadah”
Ibu Nova
: “Tapi kok kamu di gereja ini
juga nak ? Kenapa ga bareng sama papa mama aja kesininya”
Tasya+Vira : “Apa
? Lho katanya anak orang kaya ?”
Tasya : “Lo
nipu kita ya ?”
Nova :
*Hanya tertunduk malu*
Vira : “Jawab
dong va !”
Pendeta :
“Tasya, Vira, kalian diam dulu ya. Jadi pa, bu, Nova ini benar-benar
anak bapa dan ibu ?”
Bapa
Nova :
‘Iya pa, Nova ini anak kami satu-satunya”
Pendeta :
“Benar itu Nova ?”
Nova : “Iya
pa” *menangis*
Vira : “Ya
ampun, cantik-cantik kok tukang tipu”
Bapa
Nova :
“Maafkan anak kami pa, dek, mungkin dia masih belum bisa sepenuhnya
menerima keadaan
kami ini”
Johanes :
“Iya pa gapapa ko, kami mengerti”
Bapa
Nova :
“Nak, ayo minta maaf sama teman-teman mu”
Nova : “Semuanya
maafin aku ya, Tasya, Vira, maaf aku udah boongin kalian, Echa maaf ya aku udah
menghina kamu”
Echa : “Iya
gapapa ko”
Tasya : “Eh
gara-gara lo ya persahabatan gue jadi rusak”
Vira : “Iya
gara-gara lo kita jadi jauh”
Johanes :
“Bukan sepenuhnya salah dia, setidaknya dia nunjukin sisi lain dari diri
kalian, ya yang menilai seseorang hanya karna harta duniawi”
Riko : “Makanya
lo cewek-cewek, jangan pilih-pilih teman hanya karna harta dan rupa deh,
mending kaya kita nih, siapapun ya jadi teman”
Andika : “Lo
juga sih va, masa orang tua lo susah-susah cari uang, banting tulang buat lo,
eh lo malah buang-buang duit seenaknya hanya karna gengsi”
Nova : “Aku
lakukan ini semua biar aku punya temen”
Johanes :
“Bukan begitu caranya, itu salah besar, karena akhirnya kamu malah
mengecewakan banyak orang, termasuk orang tua kamu sendiri”
Pendeta :
“Ya sudah, kalau begitu sekarang kalian saling bermaafan ya, kita
jadikan ini semua pelajaran untuk kedepan. Nah, penonton dan adik-adik semua,
ini juga jadi pelajaran untuk kita semua, persahabatan yang baik itu didasari
dengan ketulusan dan kejujuran, bukan yang membeda-bedakan harta ataupun rupa.
Dan jangan kalian berpura-pura hanya karena gengsi, apalagi sampai menyulitkan
orang lain bahkan orang tua kalian sendiri. Karena ingat satu hal, Tuhan tidak
pernah memandang harta, tahta dan rupa, kita semua sama dihadapanNya, dan Tuhan
Yesus adalah sahabat sejati untuk kita semua. Selamat Natal, Tuhan Yesus
memberkati kita semua.”
*Untuk diakhir drama bisa diakhiri dengan pujian bertemakan natal atau kebersamaan*
*Untuk diakhir drama bisa diakhiri dengan pujian bertemakan natal atau kebersamaan*
Subscribe to:
Posts (Atom)