syalom :) akhirnya teks dramanya bisa gw post di blog. Trimakasih yg sudah kirim email sebelumnya. Ini teks drama hasil karangan pribadi, jadi mohon maaf apabila kurang bagus. Semoga bisa membantu dan menjadi berkat buat temen-temen semua :) God bless you, dan selamat mempersiapkan hari kelahiran Tuhan Yesus :)
Narator : Tuhan
takkan pernah membiarkan kita sendirian, Ia kan selalu memberikan kita kawan
dikala suka dan duka, ya mereka adalah keluarga. Dalam drama ini kami akan
menceritakan tentang arti sebuah keluarga.
*di
rumah
Ayah : “bu, anak2 udah siap berangkat sekolah
belum”
Ibu : “oh iyah sebentar saya panggilkan anak2
ya pa, anak2 ayoo berangkat sudah siang”
Eza : “ayah aku udah ganteng belum nih ?”
Icha : “ibuuu aku ga bisa pake dasinya *dasi SD
berantakan”
Ibu : “ya ampuun sini-sini ibu bantu”
Ayah : “nah sudah siap kan ayo berangkat”
Ibu : “ya sudah klo gitu ibu jga mau masak di
dapur, sekalian bangunin ade”
*ayah,
dan anak2 berangkat, sementara sang ibu pergi ke dapur (belakang panggung)
--suasana
di sekolah Eza--
Eza : “eh coy gw ikutan gabung dong
Fajar : “eh sini ayo kita maen bareng”
Andi : “ayoo masbro sini”
*ketika
sedang asyik bermain muncul seorang siswa laki-laki culun (pake kacamata,
celanan jojon, bawa buku
pelajaran) menabrak mereka
*bruk
Ucup : “mmm ma ma maaf “
Eza : “eh lo yang bener dong kalo jalan”
Fajar : “eh lo mata udah 4 tetep aja ga ngeliat”
Andi : “mau gw lempar bola lo ? jawab woy !
(mendorong siswa cupu sampai jatuh)”
Ucup : “mma ma maaf saya ga sengaja”
Fajar : “ma ma maaf kata lo ? kalo bilang maaf
masalah selesai ga bakalan ada yang namanya penjara, pengacara, polisi sama yang lainnya wooyy”
*muncul
3 siswi*
Uthari : “eh kamu gapapa ?”
Ucup : “ga ga gapaaa” *omongan terputus*
Eza : “hhmm dia gapapa ko, tadi dia jatuh
kesandung, makanya kita nolongin, yoi ga coy ?
Fajar+Andi:
yoi masbroo” *Fajar dan Andi membangunkan siswa cupu*
Ester : “ah bohong kalian, kita liat ko kalian
dorong dia”
Fajar : “ah masa sih ? ngga ko ngga”
Fanya : “temen-temen, kalian itu ga boleh kaya gitu.
Ingat firman Tuhan di matius 19:19 “Hormatilah ayahmu dan ibumu, dan kasihilah sesamamu
manusia seperti dririmu sendiri”. Maka dari itu kita harus mengasihi teman kita”
Ester+utari:
“That’s right fanya”
Ester : “dan ingat juga firman Tuhan pada Galatia
6:7b “karena apa yang di tabur orang, itu juga yang akan dituainya”. Jadi kalau kalian saat ini
berbuat jahat pada orang, maka tidak menutup kemungkinan suatu saat nanti kalian
dijahati orang”
Andi : “aah macam pendeta saja kau bicara”
Uthari : “Lho kita kan hanya mengingatkan kalian,
ingat teman-teman Amsal 18 : 24 “Ada teman yang mendatangkan kecelakaan, tetapi ada juga
sahabat yang lebih karib dari pada seorang saudara”. Maka pandai-pandailah kita memilih teman, jangan
sampai kita salah pilih teman”
F+A+E : “oohh terus kita harus nortor sambil bilang wow gitu ? haha
*meledek nortor sambil bilang wow*
E+E+U:
“it’s not good”
Ucup : “sudah teman-teman saya tidak apa-apa ko”
Fajar : “tuh kan gapapa, dia udah biasa ko, kalian
aja yang rempong kaya ema-ema”
Eza : “hhmm uthari mamamu boru silaen ya ?”
Uthari : “lho ko tau ?”
Eza : “soalnya tak ada yg lain silaen dirimu
dihatiku”
Uthari : “Hah ? Cius ? Miapa ?”
Eza : “Cius, Mie Gomak deh (muka kesel) eh dan
kamu pasti boru sagala ya ?”
Uthari : “iyah bener, ko tau ? “
Eza : “soalnya sagala hidupku hampa kalau
tanpamu”
Uthari : “aah kamu bisa aja” (senggol eza, karna
terlalu keras eza terjatuh)
---tengtengteng
bunyi bel---
Ester : “eh udah bel tuh masuk duluan yu”
Eza : “kita juga mau masuk kelas ko, ayo
bareng”
*Uthari
dan Eza meninggalkan panggung*
Narator:
“Ternyata kepanjangan dari SMP bukan lagi Sekolah Menengah Pertama, melainkan
Saatnya Mulai
Pacaran. Ya begitulah kenyataannya, lalu bagaimana dengan siswa Sekolah Dasar
?”
Guru : “Pagi anak-anak”
Murid : “Pagi ibu guru”
Icha : “bu, ko kita duduknya di bawah sih, itu
penonton aja duduk di kursi ?”
Guru : “Iyah gapapa ya, kalo kita duduknya di
kursi nanti ga bisa bedain mana pemain dan Penonton”
Murid : “Ooh gitu ya bu”
Guru : “nah sekarang kita mulai belajarnya ya.
Kemarin ada PR membuat puisi kan ? nah sekarang Risa kamu ke depan, baca puisimu”
Risa : “baik bu. Baca sekarang bu ?”
Guru : “iyah”
Risa : “eehh penonton, denger ya aku mau baca
puisi. TERMENUNG” (baca judul dengan keras kemudian diam dan tunduk)
Guru : “Loh loh, mana puisinya ?”
Risa : “Judulnya kan termenung bu, nah tadi itu
puisinya, aku termenung”
Guru : “sudah sudah kamu duduk sana, Lusi
sekarang bagianmu”
Lusi : “baik bu, eh penonton ? aahh ga keras
suaranya, eh penonton ? (menyapa penonton) denger ya aku juga mau baca puisi nih. SUARA HATI (baca
judul dengan keras, kemudian diam)
Guru : “Lusi, mana suaranya ?”
Lusi : “Lah kan suara hati bu, jadi baca
puisinya dalam hati.”
Guru : “ya ampun, sudah-sudah duduk, sekarang
bagianmu Icha, jangan seperti mereka tadi ya”
Icha : “tenang bu, ehm siap-siap ya. AKU TAK
MAMPU BICARA (baca judul dengan keras, kemudian seolah berpuisi namun tanpa suara)”
Guru : “icha, mana suaranya ? keluarkan suaramu”
Icha : “ibu, kan judulnya aku tak mampu bicara,
jadinya ya ga ada suaranya”
Guru : “sudah sudah sekarang duduk lagi. Puisi
kalian tak ada yang sesuai harapan ibu, sekarang kalian jawab pertanyaan ibu. Kapan R.A. Kartini
wafat ?”
Lusi : “Laah ga tau kami bu, soalnya pa’pendeta
belum pernah wartakan berita duka itu di gereja bu. Iya kan teman-teman ?”
Icha+Risa:
iyah bener bu.
---tengtengteng
bunyi bel---
Murid : “bel pulaaannngg”
Guru : “ya sudah kalian boleh pulang, perbaiki
Puisi kalian ya.”
Murid : “Siaap bu”
Guru : (menyusul keluar panggung)
*suasana
di rumah*
Ibu
dan Echa membersihkan rumah, kemudian Ayah muncul.
Ibu : “Lho ayah ko sudah pulang ?”
Ayah : “stress saya bu, perusahaan kita hampir
bangkrut, hutang di bank belum dibayar, karyawan minta naik gaji, sekolah anak lah, belum lagi
pengobatan echa yang biayanya besar tapi tetap saja dia ga sembuh-sembuh (nada marah)”
Echa : “Ayah, ayah ko jadi marah sama ade, ade
salah apa yah ? (bicara selayaknya anak cacat yang tak mampu bicara sempurna)”
Ayah : “Diam kamu, dasar anak ga berguna, dasar
anak caa” (perkataan terputus oleh ibu)
Ibu : “Ayah, ayah ga boleh ngomong gitu”
(nada sentak)
Ayah : “aah sudahlah kalian semua sama saja, lebih
baik saya pergi”
Echa : “Ayah, ayah jangan pergi”
Ibu : (memeluk Echa) “nak, ayahmu sedang
banyak masalah, jangan dengarkan perkataannya ya”
Echa : “Ibu, aku ingin sendiri, tinggalkan aku”
(nada menangis)
*ibu
pergi meninggalkan panggung*
Echa : (merenung, berdoa, sambil diiringi lagu
Ayah – seventeen)
Bapa, mengapa aku berbeda ? Mengapa aku tak
sempurna ? Apa aku tak pantas jadi sama seperti mereka ? Apa aku tak layak menjadi sempurna ?
Tuhan, telah banyak biaya yang ayah keluarkan
untuk pengobatanku, namun mengapa aku tak kunjung sembuh ? Kini ayah marah padaku, ia
mencaciku, hancur hatiku Bapa ketika ayah berkata itu. Percuma aku hidup Tuhan, jika aku hanya
menyulitkan mereka. Aku sayang mereka Tuhan, andai mereka tahu sulitnya menjadi aku,
malunya menjadi aku
Ayah, engkau pahlawanku, ibu kau bidadariku,
walau aku tak dapat sampaikan itu padamu. Ku harap kalian juga menyayangiku
*Eza
dan Icha mendengarkan di belakang, dan bersembunyi ketika Echa pergi meninggalkan
panggung*
(Echa
bangun dan meninggalkan panggung, kemudian Eza dan Icha masuk panggung)
Icha : “ka, echa kenapa ya ?”
Eza : “kaka juga ga tau cha”
Ibu : “ada apa nak ?”
Eza : “tadi echa menangis bu, memang apa yang
terjadi ?”
Ibu : “ceritanya begini (seolah bercerita)”
*kemudian
ayah muncul*
Ayah : “hey ngapain kalian ? minggir minggir”
(nada mabuk)
Eza : “Ayah, ayah ko mabuk begitu ?
Ayah : “Mabuk ? siapa yang mabuk hah ? (nada
mabuk)”
Icha : “Ayah, ayah kenapa sih ? udah tua mabuk
terus, inget sama kesehatan !” (nada tinggi)
Ayah : “Diam kalian, kesehatan kesehatan memang
kamu dokter ? so tau kesehatan kamu !” (nada marah)
Eza : “Ayah, kita ini keluarga, seharusnya
kalo ayah ada masalah ayah cerita sama kita, bukan malah mabuk kaya gini” (nada tinggi)
Ibu : “Ayah, kalo ayahnya saja sudah begini
gimana anak-anak nanti ? ayah seharusnya berikan contoh yang baik untuk anak-anak !” (nada marah)
Ayah : “Diam kamu *plak (menampar ibu) jangan
mengat ur saya kamu. Anak sama ibu sama saja, lebih baik saya pergi !” (kemudian ayah
meninggalkan panggung)
Icha : “Ayah, ayah jangan pergi”
Eza : “Ibu, ibu gapapa ?”
Ibu : “Ibu tidak apa-apa nak”
Icha : “Ibuuu” *memeluk ibu*
*berdiam
beberapa menit, kemudian bunyi suara telepon*
Echa : “Ibu, ada telepon” *mengantarkan telepon
kepada ibu*
Ibu : “Halo selamat siang”
Telepon:
“Selamat siang benar ini dengan kediaman Bapak. Yohanes ?”
Ibu : “Iyah benar, saya istrinya, ada apa bu
?”
Telepon:
“Kami dari pihak kepolisian ingin menyampaikan, suami ibu, baru saja mengalami
kecelakaan besar karena ia mengendarai mobil dalam
keadaan mabuk, mungkin ibu dan keluarga bias langsung datang ke rumah sakit umum Jakarta
untuk melihat langsung keadaan bapak dikarenakan keadaannya sangat kritis.”
Ibu : “Apa ?” (nada kaget) *telepon genggam
terjatuh*
Echa : “Ibu, kenapa bu ?”
Ibu : “Ayah kalian kecelakaan nak, dan
sekarang keadaannya kritis”
Eza : “Ayah kecelakaan ?” (nada syok)
Icha : “Ayaahhh, aaayyyyaaahhh”
Ibu : “Ayo nak, kita bergegas ke rumah sakit”
*semua
pemain meninggalkan panggung*
Narator:
Kita tak akan pernah tahu apa yang akan terjadi dalam kehidupan kita, terkadang
banyak hal yang tak kita duga terjadi dalam kehidupan kita,
namun ingatlah rencana indah telah Tuhan siapkan bagi kita.
---suasana
di rumah sakit---
*ibu
dan anak-anak bersedih sejenak, kemudian datang teman-teman Eza dan Icha, serta
Ibu Guru
Guru : “selamat siang bu”
Ibu : “lho ibu, selamat siang bu”
Guru : “kami sudah mendengar tentang suami ibu,
dan saya beserta anak-anak sengaja datang kemari untuk menjenguk dan mendoakan kesembuhan
bapak bu.”
Eza : “terima kasih bu, terimakasih
teman-teman, kalian sudah repot-repot datang kemari”
Fajar : “aah ngga ko masbro kita ga kerepotan”
Guru : “ya sudah kalo begitu kita doa bersama
untuk kesembuhan ayah teman kita, berdoa dimulai”
*seluruh
pemain berdoa di panggung sambil diiringi lagu mujizat nyata*
Guru : “berdoa selesai”
Icha : “Terima kasih ibu dan teman-teman, semoga
ayah bisa sembuh, semoga ayah bisa merayakan natal bareng kita”
Risa : “tenang cha, ayah kamu pasti sembuh ko”
Uthari : “iyah, Tuhan ga akan kasi pencobaan yang
melebihi kekuatan umatnya”
Ucup : “mujizat Tuhan itu nyata, yang penting kita
yakin dan percaya.”
Guru : “benar kata teman-teman kalian nak, Tuhan
Yesus pasti selalu bersama kita, Ia pasti sembuhkan
penyakit
ayah kalian. Kalo begitu kita permisi pulang ya bu.”
Ibu : “sekali lagi terima kasih bu.”
*ibu
guru dan teman-teman meninggalkan panggung, kemudian di susul oleh ibu dan
anak-anak*
Narator:
Tuhan tak akan pernah memberikan pencobaan melebihi kekuatan kita. Keluarga
menjadi penguat kita di dunia ini. Ketika kita suka maupun
duka, keluargalah yang selal u setia mendampingi kita.
*musik
natal, pemain masuk panggung (kecuali ibu, ayah dan echa)
Narator:
Perayaan Natalpun telah tiba, semua siswa hadir dalam perayaan natal, namun Eza
dan Icha masih bersedih karena keadaan ayah mereka
Andi : “coy, bokap lu gimana kabarnya ?”
Eza : “Kemarin udah baikan, tapi kayanya ayah
masih belum bisa datang”
Guru : “tenang aja, ayah kalian pasti datang ko,
itu mereka”
*ayah,
ibu dan echa masuk panggung (ayah memakain perban di kepala dan tangan)
Eza+Icha
: aayyaaahh (menghampiri ayah)
Icha : “ayah sudah sembuh ?”
Ayah : “iya nak, berkat mujizat Tuhan dan berkat
doa kalian semua. Maafkan ayah ya”
Eza : “maafin kita juga ya yah”
Guru : “nah, sekarang saatnya kita
bersenang-senang anak-anak”
Semua : “yaaa selamat natal semua”
*semua
pemain meninggalkan panggung sementara, dan bersiap untuk masuk panggung
kembali
Narator:
Pemirsa, cerita ini hanyalah fiktif belaka, mohon maaf apabila ada kesamaan
nama, tokoh karakter ataupun peristiwa. Kami Pemuda Remaja GKP
Kadipaten akan menampilkan sebuah lagu special untuk Papa dan Mama kita. Papa, mama, ini
semua special untuk kalian.
*semua
pemain naik panggung sambil membawa bunga mawar*
Pujian
Bersama : Medley lagu Ayah – Seventeen dan Lagu Kenny – Cinta untuk mama
*saat
menyanyikan lagu cinta untuk mama, semua pemain turun panggung dan menyerahkan
bunga
mawar
untuk mama dan papa masing-masing, kemudian kembali ke panggung*
CREATED BY : MONALISA SILAEN (GKP
KADIPATEN)
Ket
:
Eza : Siswa SMP
Fajar : Siswa SMP
Andi : Siswa SMP
Uthari : Siswi SMP
Ester : Siswi SMP
Fanya : Siswi SMP
Icha : Siswi SD
Risa : Siswi SD
Lusi : Siswi SD
Echa : Gadis cacat
Ucup : Siswa Cupu
-
Setelah lagu cinta untuk mama bisa di
lanjutkan dengan lagu Natal, supaya suasana Natal tetap ada.
-
Drama akan lebih terasa lucu, berkesan,
dan bermakna apabila kostum di sesuaikan dengan peran masing-masing
new drama >> http://monaonna.blogspot.com/2013/08/drama-natal-terbaru-pemuda-pemudi-remaja.html
new drama >> http://monaonna.blogspot.com/2013/08/drama-natal-terbaru-pemuda-pemudi-remaja.html
Sangat bagus menurut aku...
ReplyDeleteGokilllll
thankyu sis :)
Deletekocak sekaleee =D
ReplyDeleteada naskah liturgi profesi gak yaang di merger jadi drama kak?
ngga ada ka :)
Delete:-)
ReplyDeletemaaf bleh izin di copaz ceritanya soalx mw ditmpilkn drama anak-anak sekolah minggu
ReplyDeletesilahkan ka :)
Deletetemanya apa kk ?
ReplyDeletehallo kak, boleh minta naskah dramanya? thanks yah
ReplyDeletedi email ke alamat email saya yah kak (lusiananinggeding@yahoo.co.id) Thanks. Tuhan Memberkati
ReplyDeletemaaf izin copas ya!?
ReplyDeleteMaaf min. Drama nya seru. Boleh copas ya min. Makasih Gbu :)
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteIzin copas ya ka, mau ditampilkan untuk natal pemuda remaja, God bless :)
ReplyDeleteBagua drama nya boleh saya minta?? ?
ReplyDeleteTrima kasihhh
Bagus dramanya boleh dikopas
ReplyDeleteBagus.. izin copas ya.. Terimakasih 😊 Tuhan Yesus memberkati Mu 😇
ReplyDeleteDrama yg menarik dan menasehat😊
ReplyDeleteIzin comot ya kak.
ReplyDeleteTerima kasih buat ilmunya.
Drama nya bagus
ReplyDeleteTuhan Memberkatimu