TEKS DRAMA MUSIKAL NATAL TERBARU 2014, DRAMA NATAL PEMUDA REMAJA KRISTEN 2014
Untuk teks asli dalam format word bisa via email : monaa_onaa@yahoo.com , dan untuk pertanyaan atau komentar bisa langsung coret-coret dibawah atau via email monaa_onaa@yahoo.com, fb : https://www.facebook.com/monalisa.silaen, twitter https://twitter.com/mona_onna . terimakasih Tuhan memberkati :)
- Drama Natal 2015 "Apakah Hidup Ini Adil?" http://monaonna.blogspot.co.id/2015/09/drama-natal-apakah-hidup-ini-adil.html
*Echa,
Lulu, Tasya, dan Vira memasuki Panggung, kemudian berkumpul berbincang-bincang*
Narator :
“Hai penonton, kami berempat adalah teman dekat sejak dulu, suka duka
sudah pasti pernah kami lalui bersama, tapi apakah persahabatan kami akan tetap
bertahan ?”
Lulu :
“Eh ga terasa ya kita berteman udah lama banget”
Tasya :
“Iyaya, dari kecil kita udah deket dan bahkan bertahan sampai sekarang”
Echa :
“Semoga kita tetep deket seperti sekarang ya”
Vira :
“Tentu dong, karena tanpa kalian aku hanyalah butiran debu hihi..”
Lulu :
“Berpelukaaannn” (Para pemain
berpelukan)
*muncul
Andika dan Riko*
Andika : “Eh
teletubbies, yaelaa berpelukan mulu”
Riko :
“Iyah, ajak-ajak gue bisa kali”
Lulu+Tasya+Echa+Vira :
“Wooo maunya..”
Echa :
“Tumben kalian jam segini udah datang ?”
Andika : “Yoi,
emang kalian belum tau berita penting ?”
Tasya : “Hah
? berita apaan ?”
Riko : “Nih
dengerin ya teletubbies, kita itu bakalan kedatangan temen cewe baru”
Vira : “Terus
hubungannya sama kalian datang cepet apa ?”
Andika : “Katanya
itu cewe cantik banget, anak gaul, orang kaya pula. Bakalan jadi target gue bro”
Riko : “Eh
itu deh kayanya orangnya”
Nova : “Permisi,
boleh aku gabung ?”
Andika+Riko : “Ooh
boleh banget, mari gabung”
Nova : “Hallo
salam kenal, aku Nova” (jabat tangan para pemain satu persatu)
Vira : “Kamu
asalnya dari mana ?”
Nova : “Aku
asalnya dari Surabaya”
Andika : “Hah
Surga ? Ya ampun pantesan cantik banget”
Semua : “Surabaya
wooyyy”
Tasya : “Tadinya
gereja apa va ?”
Nova : “Aku
dariii (perkataan terpotong)”
Riko :
*Nyanyi* “Tak ku pandang dari gereja mana, asal kau berdiri atas
firman-Nya, kalau hatimu
seperti hatiku, kau lah saudara dan
saudariku” (gaya genit)
Semua : Modus
woo modus
Riko :
Ini namanya usaha coyy
Echa : Ya
udah yuu kita masuk
*semua
pemain meninggalkan panggung*
Narator :
“Nova pun bergabung bersama teman-teman barunya. 1 bulan kemudian”
*Echa
dan Lulu duduk berdua berbincang-bincang*
Echa : “Udah
lama ya kita ga kumpul ber-4 lagi”
Lulu : “Iyaya,
padahal baru sebulan tapi seperti udah lama banget”
Echa : “Sekarang
Tasya dan Vira kalau di ajak kumpul ga bisa terus”
*Muncul
Lamhot dan Evan*
Johanes :
“Eh kalian berdua aja kaya ban motor”
Lulu : “Berdua
? Kita bertiga kali”
Evan : “Hah
? satu laginya siapa ?”
Lulu : “Tuhan
Yesus, hehe”
Evan : “Yaelaaa
kirain”
Johanes :
“Tumben akhir-akhir ini kalian cuma berdua, biasanya ber-4”
Echa : “Enggak
kok, kemaren-kemaren kita ber-4 ya lu ?”
Lulu : “Hehe
Iyaa”
*Muncul
Tasya, Vira dan Nova*
Evan : “Nah
tuh Tasya sama Vira, eh kok tumben bareng Nova ?”
Nova : “Hay
kalian”
Tasya : “Hay
Echa, Lulu, lama ga ketemu”
Johanes :
“Lho tadi katanya baru kemaren kalian kumpul ?”
Vira : “Hah
? Mana ada, kita tuh sebulan ini jalan-jalan terus, shopping-shopping, kalau
ngajak mereka,
apalagi Echa, yaaahh mana sanggup dia ikutin kita”
Lulu : “Kok
kamu ngomongnya gitu ?”
Nova : “Lho
fakta kan ? emang kalian sanggup ikutin cara hidup kita yang baru ?”
Tasya : “Ya
jelas enggak lah. Ooh iya, maaf ya kalau kita susah buat diajak kumpul ber-4,
tunggu ada
waktu luang deh”
Evan :
“Cewek aneh”
Vira :
“Eh Evan lo diem ya, ga usah ikut campur”
Lulu :
“Tasya, Vira, kok kalian jadi gini sih ? Inget kita itu sahabat,
seharusnya saling mengasihi bukan menghakimi”
Tasya : “Ooh
iya kita dulu sahabat, tapi sekarang kita menemukan sahabat yang sebenarnya,
bukan kalian”
Nova : “Ya
udah yuu kita jalan, keburu hujan nih. Jo, ikut kita yuu ?”
Johanes :
“Ga usah makasih”
Nova : “Iih
ayoo dong Jo, mau ya ?”
Evan : “Yee
ko maksa sih”
Vira : “Yuu
aah, kita duluan ya guys, by”
*Tasya,
Vira dan Nova meninggalkan panggung*
Lulu : “Cha,
ga usah masukin ke hati ya, mungkin dia cuma becanda”
Johanes :
“Iya, cuekkin ajalah cha, kan masih ada aku ? hehe”
Echa : “Pulang
yuu, aku pengen istirahat” *muka sedih*
Lulu : “Ya
udah yuu, tapi jangan sedih gitu dong cha”
*Para
pemain meninggalkan panggung*
Narator :
Terkadang kita tak pernah bisa menebak jalan hidup kita ke depan, jalan
persahabatan kita dengan teman, karena tak ada sebuah persahabatan yang mulus
tanpa cobaan.
*Di
rumah Echa, Echa merenung sendirian (bisa sambil memegang boneka, bermain gitar
atau yang lainnya*
Echa :
*Nyanyi Lagu Allah Peduli*
Banyak
perkara
Yang
tak dapat kumengerti
Mengapakah harus terjadi
Didalam kehidupan ini
Mengapakah harus terjadi
Didalam kehidupan ini
Satu perkara
Yang kusimpan dalam hati
Tiada satupun kan terjadi
Tanpa Allah perduli
Mama : *masuk panggung, kemudian ikut nyanyi bareng
sambil menghampiri Echa*
Reff :
Allah
mengerti, Allah perduli
Segala persoalan yang kita hadapi
Tak akan pernah dibiarkannya
ku bergumul sendiri.
Segala persoalan yang kita hadapi
Tak akan pernah dibiarkannya
ku bergumul sendiri.
S’bab
Allah mengerti
Echa : “Mamaa” (peluk mama)
Mama : “Kamu kenapa sayang ? Ada masalah apa ?”
Echa : “Echa gapapa ko ma”
Mama : “Ga usah boong sama mama, sini cerita sama
mama”
Echa : “Ma, memangnya kalau mau punya temen deket
harus jadi orang kaya dulu ya ma ?”
Mama : “Kok ngomongnya gitu ? Siapa yang bilang gitu
?”
Echa : “Tadi Tasya sama Vira bilang, katanya mereka
sebulan ini pergi jalan-jalan, shopping bareng Nova temen baru kita yang anak
orang kaya itu ma, makanya mereka ga pernah main lagi sama aku, soalnya aku ga
mungkin bisa ikutin gaya mereka, karena aku kan ga punya uang banyak ma”
Mama : “Sayang, dengerin mama, ketika kita tidak
berkelimpahan harta bukan berarti semuanya berakhir, masih ada teman yang lain
yang mungkin lebih menerima kita apa adanya, yang lebih mengerti keadaan kita”
Echa : “Tapi ma, aku cuma punya sahabat mereka, tapi
sekarang mereka jauh dari aku, sekarang aku cuma punya Lulu sahabat aku ma”
Mama : “No no no, kamu lupa satu hal, kamu masih
punya satu sahabat sejati kamu, ia adalah Tuhan Yesus, kamu ingat lagunya”
Mama+Echa :
*Nyanyi*
Ada
satu sobatku yang setia
Tak pernah Dia tinggalkan diriku
Di waktu aku susah
Waktu ku sendirian
Dia selalu menemani diriku
Tak pernah Dia tinggalkan diriku
Di waktu aku susah
Waktu ku sendirian
Dia selalu menemani diriku
NamaNya Yesus (2x)
Nama Yesus
Yang menghibur hatiku. (2x)
Mama : “Nah sekarang kamu ga boleh sedih lagi ya,
gimana kalau sekarang kita bikin kue kesukaan kamu?”
Echa : “Ayoo ma”
*Mama dan Echa meninggalkan panggung*
Narator : Benar kata mama penonton, jangan pernah kita
merasa sendirian, karena kita punya satu sahabat sejati yang selalu ada untuk kita
yaitu Tuhan Yesus Kristus
*Di gereja*
*Berkumpul seluruh anak muda, kemudian datang Bapak
Pendeta*
Pendeta : “Sudah kumpul semua anak mudanya ? Hari ini
bapa mau pilih salah satu dari kalian untuk menjadi Ketua Panitia Natal Pemuda”
Andika : “Sudah Pa”
Pendeta : “Kalau begitu mari duduk biar kita rundingkan”
*pemain duduk membentuk setengah lingkaran* (tidak
membelakangi penonton)
Pendeta : “Setelah bapa lihat kinerja dari setiap
kalian, bapa putuskan untuk ketua adalah Johanes, Wakil Ketua Echa, Sekretaris
Tasya dan Andika, Bendahara Lulu dan Evan, untuk seksi bidang lainnya bapa
serahkan sama kalian, gimana setuju dengan pilihan bapa ?”
Riko : “Ooh bapa yang pilihkan pa ? kirain mau
sekalian dipilihkan sama DPR pa hhe”
Nova : “Lho kok aku ga masuk pa ?”
Pendeta : “Kamu kan baru disini, jadi bapa belum liat
kinerjamu, kamu mungkin bisa di bagian seksi bidang”
Andika : “Makanya jangan seksi-seksi, jadinya masuk
seksi bidang kan haha”
Tasya : “Ga bisa gitu dong pa, dia ini dulu ketua anak
muda, dia ini berpengalaman banget waktu di kotanya pa”
Vira : “Iya betul itu pa”
Nova : “Pa, masa Echa jadi wakil ketua, bareng Jo
pula, biasanya ya pa kalau di sinetron-sinetron tuh, yang keren ya sama yang
keren lagi, yang kaya ya sama yang kaya lagi, masa ini Jo digabunginnya sama si
upik abu, iyuuhh ga banget deh”
Johanes : “Nova, jaga omongan lo ya”
Nova : “Tapi kan Jo..”
Johanes : “Tapi sayangnya, Tuhan tak pernah menilai
dari itu semua Nova”
Johanes+Echa+Lulu : *Nyanyi Bapa Selidiki Hatiku*
Terserah apa kata dunia
Takkan goyahkan cintaku PadaMu
Tak peduli kata dunia
Takkan goyahkan imanku PadaMu
Takkan goyahkan cintaku PadaMu
Tak peduli kata dunia
Takkan goyahkan imanku PadaMu
Dunia boleh berkata
tidak
Tapi kan kukatakan ya
untukMu
Karna satu hal yang
kutau
Karna satu hal yang
kupercaya
Bapaku tak melihat rupa
Tak memandang harta
Dan semua yang tlah kupunya
yang Dia ingin tau isi hatiku
Bapa Selidiki hatiku
Bapaku tak melihat rupa
Tak memandang harta
Dan semua yang tlah kupunya
yang Dia ingin tau isi hatiku
Bapa Selidiki hatiku
*Kemudian
datang Mama Echa, Bapa dan Ibu Nova* (Bapa dan Ibu Nova berpenampilan orang
yang kurang mampu)
Mama : “Shalom,
permisi pa”
Pendeta :
“Shalom, ada yang bisa saya bantu bu ?”
Mama : “Ini
pa, saya kesini bersama bapa dan ibu yang mau mendaftar jadi jemaat baru, yang
kemarin sempat saya ceritakan pada bapa, kebetulan baru bisa datang sekarang,
sebulan ini mengurus surat-surat pindahannya”
Nova :
*berusaha menyembunyikan wajah agar tidak terlihat orang tuanya*
Pendeta: “Oh iya mari pa, bu. Nah anak-anak ini bapa
dan ibu yang akan mendaftar menjadi anggota
jemaat baru, kalian lanjut ya
bapa mau urus yang lain dulu”
Ibu
Nova : “Lho pa, ko anak kita ada disini.
Nak kok kamu disini ?”
Semua : “Hah
? Nak ?” *ekspresi kaget*
Pendeta : “Lho ini anak bapa ?”
Bapa
Nova : “Iya pa, tapi kemarin dia ijin
untuk berbeda gereja dengan kami, karena dia memaksa ya
kami ijinkan, yang pentingkan dia
ibadah”
Ibu Nova
: “Tapi kok kamu di gereja ini
juga nak ? Kenapa ga bareng sama papa mama aja kesininya”
Tasya+Vira : “Apa
? Lho katanya anak orang kaya ?”
Tasya : “Lo
nipu kita ya ?”
Nova :
*Hanya tertunduk malu*
Vira : “Jawab
dong va !”
Pendeta :
“Tasya, Vira, kalian diam dulu ya. Jadi pa, bu, Nova ini benar-benar
anak bapa dan ibu ?”
Bapa
Nova :
‘Iya pa, Nova ini anak kami satu-satunya”
Pendeta :
“Benar itu Nova ?”
Nova : “Iya
pa” *menangis*
Vira : “Ya
ampun, cantik-cantik kok tukang tipu”
Bapa
Nova :
“Maafkan anak kami pa, dek, mungkin dia masih belum bisa sepenuhnya
menerima keadaan
kami ini”
Johanes :
“Iya pa gapapa ko, kami mengerti”
Bapa
Nova :
“Nak, ayo minta maaf sama teman-teman mu”
Nova : “Semuanya
maafin aku ya, Tasya, Vira, maaf aku udah boongin kalian, Echa maaf ya aku udah
menghina kamu”
Echa : “Iya
gapapa ko”
Tasya : “Eh
gara-gara lo ya persahabatan gue jadi rusak”
Vira : “Iya
gara-gara lo kita jadi jauh”
Johanes :
“Bukan sepenuhnya salah dia, setidaknya dia nunjukin sisi lain dari diri
kalian, ya yang menilai seseorang hanya karna harta duniawi”
Riko : “Makanya
lo cewek-cewek, jangan pilih-pilih teman hanya karna harta dan rupa deh,
mending kaya kita nih, siapapun ya jadi teman”
Andika : “Lo
juga sih va, masa orang tua lo susah-susah cari uang, banting tulang buat lo,
eh lo malah buang-buang duit seenaknya hanya karna gengsi”
Nova : “Aku
lakukan ini semua biar aku punya temen”
Johanes :
“Bukan begitu caranya, itu salah besar, karena akhirnya kamu malah
mengecewakan banyak orang, termasuk orang tua kamu sendiri”
Pendeta :
“Ya sudah, kalau begitu sekarang kalian saling bermaafan ya, kita
jadikan ini semua pelajaran untuk kedepan. Nah, penonton dan adik-adik semua,
ini juga jadi pelajaran untuk kita semua, persahabatan yang baik itu didasari
dengan ketulusan dan kejujuran, bukan yang membeda-bedakan harta ataupun rupa.
Dan jangan kalian berpura-pura hanya karena gengsi, apalagi sampai menyulitkan
orang lain bahkan orang tua kalian sendiri. Karena ingat satu hal, Tuhan tidak
pernah memandang harta, tahta dan rupa, kita semua sama dihadapanNya, dan Tuhan
Yesus adalah sahabat sejati untuk kita semua. Selamat Natal, Tuhan Yesus
memberkati kita semua.”
*Untuk diakhir drama bisa diakhiri dengan pujian bertemakan natal atau kebersamaan*
*Untuk diakhir drama bisa diakhiri dengan pujian bertemakan natal atau kebersamaan*